Kamis, 19 September 2013

Novel SI KELINGKING

0 komentar
( Cerita Rakyat dari Jambi )
Alkisah, disebuah dusun di Negeri Jambi, ada sepasang suami – istri yang miskin. Mereka sudah puluhan tahun berumah tangga, tetapi belum dikaruniai anak. Segala usaha telah mereka lakukan untuk mewujudkan keinginan mereka, namun belum juga membuahkan hasil. Disaat mereka dilanda keputusasaan, mereka berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Mereka memohon agar dikaruniai seorang anak, walaupun hanya sebesar kelingking, mereka mau menerimanya.
Beberapa bulan kemudian, sang istri mengandung. Mulanya, sang suami tidak percaya, karena dia melihat tidak ada tanda-tanda kehamilan pada istrinya. Namun, sebagai seorang wanita, dia yakin dirinya sedang hamil. Dia merasa ada yang bergerak-gerak didalam perutnya. Dia juga mengingatkan suaminya dengan doa yang telah mereka ucapkan. Suaminya ingat dengan doanya, dia baru percaya bahwa istrinya benar – benar hamil. Karena bayi di dalam rahimnya hanya sebesar kelingking, jadi perut istrinya tidak kelihatan membesar.
Setelah sembilan bulan mengandung. Pada suatu malam, sang istri benar – benar melahirkan seorang bayi laki-laki sebesar kelingking. Betapa bahagianya mereka, karena dapat memperoleh seorang anak yang telah mereka idam – idamkan. Mereka pun memberinya nama Kelingking. Mereka mengasuhnya dengan penuh kasih sayang hingga menjadi dewasa. Hanya saja, tubuhnya masih sebesar kelingking.
Pada suatu hari, Negeri Jambi didatangi Nenek Gergasi. Ia adalah hantu pemakan manusia dan apa saja yang hidup. Kedatangannya membuat penduduk takut. Penduduk diperintah Rajanya untuk mengungsi ketempat yang lebih aman. Begitu juga dengan keluarga kelingking. Tetapi, kelingking menolak untuk pergi, dia meminta ayahnya untuk membuatkan sebuah lubang kecil untuk menakut – nakuti Nenek gergaji dan ia ingin mengusir Nenek Gergaji yang selama ini membuat ketakutan penduduk. Karena tubuhnya yang kecil, dia dapat dengan mudah sembunyi dan sulit ditemukan. Sebenarnya ayahnya ragu dengan Kelingking, karena tubuhnya yang kecil itu, tetapi sang ayah pun memenuhi permintaan Kelingking. Ia membuat sebuah lubang di dekat tiang rumah paling depan.
Ketika hari menjelang sore, Nenek gergaji pun datang hendak memakan manusia. Alangkah marahnya ketika ia melihat kampung itu sangat sepi.
“Hai manusia, kambing, kerbau, dan ayam, dimana kalian? Aku datang ingin menelan kalian semua. Aku sudah lapar!” seru Nenek Gergasi dengan geram.
Kelingking yang mendengar teriakan itu pun menyahut dari dalam lubang.
“Aku disini Nenek Tua.” sahut Kelingking
Nenek Gergasi sangat heran mendengar suara manusia, tapi tidak kelihatan manusianya. Ia pun berusaha berteriak memanggil manusia itu. Betapa terkejutnya ia ketika teriakannya dijawab oleh sebuah suara yang lebih keras lagi. Hantu itu pun mulai ketakutan. Ia mengira ada manusia yang sangat sakti di kampung itu. Beberapa saat kemudian, si Kelingking menggertaknya dari dalam lubang persembunyiannya.
“Kemarilah Nenek Gergasi. Aku juga lapar. Dagingmu pasti enak dan lezat!”
Mendengar suara gertakan itu, Nenek Gergasi yang merasa ketakutan langsung lari tungganglanggang dan terjerumus ke dalam jurang dan mati seketika.
Kemudian kelingking mengabarinya kepada oranrtuanya dan penduduk sekitar. Berita tentang keberhasilam Kelingking mengusir Nenek Gergasi itu sampai ke telingan Raja. Kelingking pun dipanggil untuk segera menghadap sang Raja. Kelingking ditemani ayah dan emaknya.
Sesampai di Istana, Raja langsung bertanya apakah benar Kelingking yang telah mengusir mengusir Nenek Gergasi. Kelingking menjawabnya sambil memberi hormat “ Benar Tuanku, untuk apa hamba berbohong?”
Sang Raja percaya, tetapi dengan subuah ancaman. Jika hantu itu datang lagi, maka si Kelingking akan dijadikan makanan tikus pelihataan putrinya.
Kelingking meminta sesuatu pada sang Raja “ Jika hamba terbukti berbohong, hamba siap menerima hukuman itu. Tapi, kalau hamba terbukti tidak berbohong, Tuanku berkenan mengangkat hamba menjadi Panglima di Istana ini.”
Walaupun permintaan Kelingking itu sangatlah berat, sang Raja menyanggupinya dengan mempertimbangkan bahwa mengusir Nenek Gergasi tidaklah mudah.
Seminggu setelah berlalu, Nenek Gergasi tidak pernah muncul lagi. Ketika pulang dari ladang, Kelingking dan ayahnya menemukan mayat Nenek Gergasi di Jurang. Keesokan harinya, Kelingking bersama kedua orangtuanya menghadap Raja untuk membuktikan bahwa ia benar-benar tidak berbohong. Kelingking pun diangkat menjadi seorang panglima.
Pada suatu hari, Kelingking merasa memerlukan sebuah pendamping hidup. Dia pun mengatakan keinginannya kepada orangtuanya. Kelingking meminta orangtuannya untuk melamar putri Raja yang cantik jelita. Ayahnya mengindir Kelingking, bahwa tidak mungkin Baginda Raja mau menerima lamaran anaknya. Tetapi, Kelingking tidak mau menyerah. Dia tetap meminta ayahnya untuk melamarkannya.
Mulanya kedua orangtuanya enggang memenuhi permintaan Kelingking. tapi, setelah didesak, akhirnya mereka pun terpaksa menghadap dan siap menerima caci maki dari Raja. Ternyata benar, ketika menghadap, mereka mendapat cacian dan bentakan dari Raja.
Mendengar bentakan itu, kedua orangtua Kelingking tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka pun pulang tanpa membawa hasil. Mendengar berita itu, Kelingking tidak berputus asa. Ia meminta agar orangtuanya kembali menghadap Raja, namun hasilnya pun tetap nihil. Akhirnya, Kelingking memutuskan pergi menghadap bersama ibunya. Sang putri pun hadir dalam pertemuan itu
Tidak disangka oleh Baginda raja, putrinya mau menikah dengan Kelingking.
“Nanti engkau menyesal, Putriku. Masih banyak pemuda sempurna dan gagah di negeri ini. Apa yang kamu harapkan dari pemuda sekicil kelingking ini?” ujar sang Raja.
Setelah mendengar pernyataan putrinya, sang Raja tidak dapat berkutik. Sang raja pun menerima lamaran si Kelingking.
Seminggu kemudian, Pesta pernikahan Kelingking dengan sang Putri dilangsungkan selama tujuh hari tujuh malam. Usai pesta pernikahan putrinya, sang Raja memberikan sebagian wilayah kekuasaannya, pasukan pengawal, dan tenaga kerja kepada si Kelingking untuk membangun Kerajaan sendiri. Setelah istananya jadi, Kelingking bersama istrinya memimpin kerajaan kecil itu. Meski hidup dalam kemewahan, istri Kelingking tetap menderita batin , karena si Kelingking tidak pernah mengurus kerajaan dan sering pergi secara diam – diam tanpa memberitahukan istrinya. Namun, anehnya, setiap Kelingking pergi, tidak lama kemudian seorang pemuda gagah menunggang kuda putih datang ke kediaman istrinya.
“ Ke mana suamimu si Kelingking?” Tanya pemuda gagah itu
“ Suamiku sedang bepergian. Kamu siapa hai orang muda?” Tanya sang putri.
“Maaf, bolehkan saya masuk ke dalam?” pinta pemuda itu
“Jangan, orang muda! Tidak baik menurut adat.” cegat sang Putri
Pemuda itu pun tidak mau memaksa. Dia pun berpamitan dan pergi entah kemana. Keesokan harinya Pemuda itu datang kembali, dan menanyakan hal yang sama. Tetapi, sang putri menjawabnya dengan kata – kaa yang sama. Melihat glagat aneh pemuda itu, sang putri pun merasa curiga. Pada malam berikutnya, ia berpura-pura tidur. Si Kelingking yang mengira istrinya sudah tidur pulas, pergi secara diam-diam. Namun, ia tidak menyadari jika ternyata istrinya membututi dari belakang.
Sesampainya di tepi sungai, si Kelingking pun langsung membuka pakaian dan menyembunyikannya di balik semak-semak. Kemudian ia masuk berendam ke dalam sungai seraya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebentar setelah mebaca doa, tiba-tiba seorang pemuda gagah berkuda putih muncul dari dalam sungai. Alangkah terkejutnya sang Putri menyaksikan peristiwa itu.
Melihat peristiwa itu, sadarlah sang Putri bahwa pemuda gagah itu adalah suaminya, si Kelingking. Dengan cepat ia pun mengambil pakaian si Kelingking lalu membawanya pulang an membakarnya. Tidak beberapa lama setelah sang Putri berada di rumah, pemuda berkuda itu datang lagi menemuinya laluberpamitan seperti biasanya. namun, ketika sang Putri akan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba pemuda gagah itu kembali menemuinya.
“Maafkan Kanda, Istriku! Percayalah pada Kanda, Dinda! Kanda adalah si Kelingking. Kanda sudah tidak bisa lagi jadi si Kelingking. Pakaian Kanda hilang di semak-semak. Selama ini Kanda hanya ingin menguci kesetiaan Dina kepada Kanda. Ternyata Dinda adalah istri yang setia kepada suami. Izinkanlah Kanda masuk, Dinda!” pinta pemuda gagah itu.
Dengan perasaan senang dan gembira, sang Putri pun mempersilahkan pemuda itu masuk ke dalam rumah, karena ia tahu bahwa pemuda gagah itu adalah suaminya. Setelah itu, sang Putri pun bercerita kepada suaminya. Sang Putri meminta maaf kepada si Kelingking, bahwa ialah yang mengambil pakaian suaminya dan sang Putri ingin melihat suaminya gagah dan tampan seperti ini.
Kelingking pun merasa senang melihat istrinya bahagia karena mempunyai suami yang gagah dan tampan. Akhirnya, mereka pun hidup bahagia. Si kelingking memimpin negerinya dengan arif dan bijaksana, dan rakyatnya hidup damai dan sejahtera.
Demikian ringkasan cerita si Kelingking dari daerah Jambi, Indonesia.
Dalam penulisan Cerita Rakyat tersebut, ada beberapa kelemahan yang menyebabkan kurang sempurnanya Cerita tersebut. Diantaranya, tokoh Nenek Gergasi yang dianggap sebagai seorang hantu, misalkan dia seorang hantu, dia berarti bukan seorang nenek dan tidak akan mati, ini akan membuat pembaca bingung memahami siapa sebenarnya tokoh Nenek Gergasi itu. Cerita yang sangat panjang dan rumit, dapat menyebabkan pembaca terutama anak kecil, sulit memahami jalan ceritanya.
Namun, selain kelemahan yang terdapat dalam Cerita Rakyat tersebut, terdapat beberapa kelebihan yang terkandung. Diantaranya, bahasa yang mudah dipahami serta komunikatif, pilihan kata yang tepat dan menarik, ceritanya runtut dari awal hingga akhir, serta tidak membosankan.
( Sumber : Kaslani. 1998. Cerita Rakyat dari Jambi 2. Jakarta, Grasindo)
Unsur Intrinsik
  1. Tema : KEPAHLAWANAN, KEBERANIAN, KASIH SAYANG
  2. Tokoh dan perwatakan :
8 Si Kelingking :
¤ Tidak mudah putus asa ( Mendengar berita itu, Kelingking tidak berputus asa ) ,setelah lamarannya ditolak Baginda Raja, si Kelingking tidak putus asa dan mencobanya kembali, hingga akhirnya, Baignda Raja menerima lamarannya
¤ pemberani ( Tetapi, kelingking menolak untuk pergi, dia meminta ayahnya untuk membuatkan sebuah lubang kecil untuk menakut – nakuti Nenek gergaji dan ia ingin mengusir Nenek Gergaji yang selama ini membuat ketakutan penduduk )
¤ gagah ( Melihat peristiwa itu, sadarlah sang Putri bahwa pemuda gagah itu adalah suaminya, si Kelingking )
¤ arif dan bijaksana (Si kelingking memimpin negerinya dengan arif dan bijaksana, dan rakyatnya hidup damai dan sejahtera )
¤ sopan dan penuh rasa hormat (Kelingking menjawabnya sambil memberi hormat “ Benar Tuanku, untuk apa hamba berbohong?” )
8 Ayah dan Ibu Kelingking :
¤ penuh kasih sayang ( Mereka mengasuhnya dengan penuh kasih sayang hingga menjadi dewasa )
¤ pekerja keras (Segala usaha telah mereka lakukan untuk mewujudkan keinginan mereka, namun belum juga membuahkan hasil )
8 Sang Raja :
¤ Gampang emosi (Ternyata benar, ketika menghadap, mereka mendapat cacian dan bentakan dari Raja )
¤ suka mengancam (Sang Raja percaya, tetapi dengan subuah ancaman. Jika hantu itu datang lagi, maka si Kelingking akan dijadikan makanan tikus pelihataan putrinya )
¤ Menilai orang dari fisik/rasisme (“Nanti engkau menyesal, Putriku. Masih banyak pemuda sempurna dan gagah di negeri ini. Apa yang kamu harapkan dari pemuda sekicil kelingking ini?” ujar sang Raja.
8 Istri Kelingking/Sang Putri :
¤ cantik ( Kelingking meminta orangtuannya untuk melamar putri Raja yang cantik jelita )
¤ setia ( Ternyata Dinda adalah istri yang setia kepada suami )
¤ Ingin tahu ( Namun, ia tidak menyadari jika ternyata istrinya membututi dari belakang )
  1. Alur : Menggunakan Alur Mundur
  2. Latar / Setting :
8 Tempat
¤ Di sebuah Dusun di Negeri Jambi ( Alkisah, disebuah dusun di Negeri Jambi, ada sepasang suami – istri yang miskin )
¤ Di Istana Raja ( Sesampai di Istana, Raja langsung bertanya apakah benar Kelingking yang telah mengusir mengusir Nenek Gergasi )
¤ Di Sungai (Kemudian ia masuk berendam ke dalam sungai seraya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa )
¤ Di Kediaman sang Putri (Namun, anehnya, setiap Kelingking pergi, tidak lama kemudian seorang pemuda gagah menunggang kuda putih datang ke kediaman istrinya )
8 Waktu
¤ Sore hari ( Ketika hari menjelang sore, Nenek gergaji pun datang hendak memakan manusia. Alangkah marahnya ketika ia melihat kampung itu sangat sepi )
¤ Malam hari ( Pada malam berikutnya, ia berpura-pura tidur ) dan (Pada suatu malam, sang istri benar – benar melahirkan seorang bayi laki-laki sebesar kelingking )
8 Suasana
¤ Mencekam ( Kedatangannya membuat penduduk takut )
¤ Senang dan bahagia ( Betapa bahagianya mereka, karena dapat memperoleh seorang anak yang telah mereka idam – idamkan )
  1. Amanat :
8 Bentuk dan ukuran tubuh seseorang tidak dapat dijadikan pedoman rendah atau luhurnya kepribadian sesorang
8 Jangan mudah putus asa
f. Sudut Pandang : Orang ke-3 ( Dia, ia, mereka, Sang Putri, Sang Raja, dll)
g. Konflik : Batin (Meski hidup dalam kemewahan, istri Kelingking tetap menderita batin , karena si Kelingking tidak pernah mengurus kerajaan dan sering pergi secara diam – diam tanpa memberitahukan istrinya ) dan rasa takut penduduk kepada Nenek Gergasi.
Unsur Ekstrinsik
1. Nilai Moral : Bentuk dan ukuran tubuh seseorang tidak dapat dijadikan pedoman rendah atau luhurnya kepribadian sesorang
2. Nilai Religi : Disaat mereka dilanda keputusasaan, mereka berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Mereka memohon agar dikaruniai seorang anak, walaupun hanya sebesar kelingking, mereka mau menerimanya
3. Nilai Sosial : Kemudian kelingking mengabarinya kepada oranrtuanya dan penduduk sekitar

Leave a Reply